Tanah Murah Dijual Cepat Daerah Arcamanik Bandung

Posted by Antonius Dian Senin, 29 Desember 2014 1 komentar

Lokasi Tanah Strategis Dekat Jalan Raya






Dijual Cepat Tanah Dengan Harga Murah
Daerah Sukamiskin Kec.Arcamanik Bdg
- Luas Tanah 1520m2
- SHM (Sertifikat Hak Milik)
- Bisa dilalui kendaraan mobil (±100 meter
Dari Jl.Raya AH. Nasution)
- Bentuk Tanah sudah datar ,
bagian depan Persegi Panjang
Bagian belakang aga travesium
- Lokasi strategis
Lokasi Jl. Raya AH.Nasution tepatnya.
Jl.Simpang sari Kel.Sukamiskin
Kec.Arcamanik Kodya Bandung.
- Patokan masuk ke lokasi Jl.Simpang Sari :
- Sebrang PT. Grand Textile
- Samping kiri Indomaret Jl.AH.Nasution
- Samping Kanan Perumahan Panorama
- Cocok buat investasi :
- Perumahan Cluster
- Kos"an/ Kontrakan
- Pabrik/Gudang dll
- Harga /m2 : Rp.2.500.000
Jika berminat hub : 0856.466.55352 (Anton)

Baca Selengkapnya ....

Mudahnya Mengurus Perpanjangan BPKB Beda Wilayah

Posted by Antonius Dian Rabu, 10 Desember 2014 7 komentar

Bantuan Gesek Rangka Mesin Atau Nitip Gesek.



Beberapa waktu yang lalu saya sempat dipusingkan dengan nomor pelat motor saya yang habis di bulan Desember 2014. Sementara saat itu sudah memasuki pertengahan November. Mungkin bagi pemilik kendaraan bermotor yang identitas alamat di KTP dan BPKB nya sama dengan daerah domisilinya hal tersebut tidak akan menjadi masalah karena pengurusan perpanjangan BPKB tidaklah sulit menurut bayangan saya. 

Nah masalahnya saya berdomisili di Jakarta sementara identitas alamat di BPKB saya di Malang Jawa Timur. Sempat stress juga mikirin ini karena saat itu kondisi keuangan saya sedang dalam keadaan pas-pasan dan setahu saya untuk perpanjangan pelat nomor atau BPKB harus melewati prosedur cek fisik motor. Dan itu berarti saya harus mengirim motor ke Malang karena berdasar informasi yang saya dapat dari beberapa teman prosedurnya memang motor harus ada di Samsat Malang untuk cek fisik. Mengirim motor dari Jakarta ke Malang pasti memakan biaya yang tidak sedikit. Entah kenapa informasi seperti ini sulit saya dapat saat googling untuk mencari solusinya. Yang ada sih kebanyakan pengalaman-pengalaman mereka yang mutasi motor atau mengurus perpanjangan namun cuma beda alamat bukan beda provinsi. Kalaupun beda provinsi itupun cuma antar Jakarta - Bandung dan sekitarnya jadi motor masih bisa dikendarai antar daerah tersebut. Atau mungkin saya yang salah keyword pencariannya ya...hehehe... entahlah... yang jelas saya semakin menggalau saat itu.

Akhirnya saya meminta tolong ke Ayah saya yang bertempat tinggal di kampung halaman saya di Malang untuk menanyakan langsung prosedurnya ke Samsat Malang. Kabar dari ayah saya ternyata cek fisik motor bisa dilakukan di Samsat yang terdekat dengan domisili saya... 
Istilah ayah saya sih nitip gesek atau istilah resminya bantuan cek fisik. Wah lega rasanya mendengar hal itu. Tapi kegalauan saya belum berakhir. Saya masih deg-degan juga neh dengan biaya bantuan cek fisik tersebut karena berdasar pengalaman saya dulu-dulu sih gk ada yang namanya murah kalau sudah berurusan dengan kelengkapan kendaraan bermotor.

Minggu itu juga saya berangkat ke Samsat Jakarta Barat di Daan Mogot walaupun hati masih dipenuhi dengan kegalauan soal biaya nya. Wah gimana kalau sampai habis 300 ribu keatas.. padahal uang di dompet cuma ada 200 ribu.. bisa jadi edisi ngenes neh... maklum saat itu saya harus keluar banyak biaya untuk kebutuhan saya yang lain sampai-sampai menguras habis isi tabungan saya. Uang 50 ribu pun sangat berarti buat saya saat itu.

Di Samsat Daan Mogot saya diarahkan untuk memarkir motor saya di lajur cek fisik  motor. Kemudian saya diarahkan ke loket pendaftaran cek fisik oleh petugas parkir yang ada disitu. Saat di loket saya bilang nitip cek fisik untuk perpanjangan BPKB. Disitu saya mendapatkan formulir dan stiker kosong untuk mencetak nomor rangka dan mesin motor saya. Setelah itu saya kembali ke motor saya dan mengantri di lajur cek fisik.

Saat akan tiba giliran saya, saya memperhatikan pemilik-pemilik kendaraan bermotor yang lainnya tidak pernah memberikan uang tips kepada petugas cek fisik dan sepertinya memang tidak diperbolehkan. Wah sebuah kemajuan yang bagus neh pikir saya...

Akhirnya tiba giliran saya untuk cek fisik. Ternyata gk makan waktu lama karena motor saya gk perlu dibongkar untuk cek fisiknya. Setelah cek fisik saya bawa motor saya ke parkiran dan saya kembali ke loket administrasi untuk menyerahkan formulir nya. Gk sampai 5 menit mengantri nama saya sudah dipanggil dan saya buru-buru ke loket. Wah ini dia neh penantian kegalauan saya. Semoga gk lebih dari 200 ribu biaya nya...  

Ternyata eh ternyata gk saya sangka dan duga-duga biayanya cuma 30 ribu saja, bulet gk pake koma koma dan embel-embel lainnya... Wow murah banget...! Lega bener ini hati rasanya. Hilang semua kegalauan hati karena tadi merasa dompet terancam makin kurus...

Besoknya saya langsung kirim dokumen cek fisik nya ke Malang dan segera diurus oleh ayah saya yang ternyata cuma makan waktu sebentar dan 2 hari kemudian STNK baru plus nomor pelat baru sudah saya terima dengan sehat dan utuh tanpa cela.. Selesai juga urusannya dan hati saya pun kembali tenang seperti sedia kala..hehehehe.. Terima kasih Samsat... Makin cakep pelayanannya...


Baca Selengkapnya ....

Export Visual Foxpro 9 Sesuai Engine Excel yang Ada

Posted by Antonius Dian Senin, 31 Maret 2014 0 komentar

Tutorial Visual Foxpro 9.


Kali ini saya akan membahas mengenai salah satu trik dalam Visual FoxPro 9 yaitu mengenai Export ke Excel. Bagi yang biasa menggunakan Visual FoxPro 9 tentu sudah mengetahui untuk melakukan export ke Excel dari cursor atau tabel cukup menggunakan perintah COPY TO D:\\VFP\Project\Nama_file TYPE XLS dan secara otomatis excel akan terbentuk di path yang kita ketikkan beserta nama filenya. Namun masalahnya adalah tipe file Excel yang terbentuk adalah Excel 95 dimana file ini tidak akan terbaca oleh aplikasi lain semacam SAP yang membutuhkan Excel 97 ke atas.

Nah kebetulan kemarin sempat mengalami masalah ini juga ketika aplikasi yang saya gunakan harus berintegrasi dengan SAP. Sebenarnya bisa saja diakalain dengan buka file excel hasil export nya kemudian save as ke excel 97. Beres? Belum. Karena tim audit akan menganggap file itu sudah diedit dan tentu saja hal tersebut tidak diperbolehkan. File yang sah adalah file yang benar-benar dari sistem tidak boleh ada campur tangan user. 

Jadi gimana donk? Ya triknya lakukan save as tersebut dari sistem agar hasil export excelnya sesuai dengan engine excel yang terinstall di komputer. Caranya? Ini codingnya.

cfiletemp  = D:\\VFP\Project\Nama_file_temporary
cfilename = D:\\VFP\Project\Nama_file_hasil

SELECT [nama_table/cursor]
COPY TO '&cfiletemp' TYPE XLS
oExcel   = CREATEOBJECT("Excel.Application")
oWorkbook = oExcel.Application.Workbooks.Open(cfiletemp)
oWorkbook.SaveAs(cfilename)
oExcel.Quit
oExcel = NULL
DELETE FILE '&cfiletemp'
WAIT 'Create File ' + cfilename + ' Success..!' WINDOW NOWAIT

Untuk deklarasi path dan nama file di cfiletemp dan cfilename jangan menggunakan ekstensi .xls, cukup nama file aja tanpa ekstensi. 

Disini konsepnya adalah tabel atau cursor akan diexport terlebih dahulu ke file excel sementara yang mana akan menjadi excel 95 lalu diopen di aplikasi (file excel tidak akan terlihat terbuka saat aplikasi berjalan) kemudian akan di save as ke file excel yang sesuai dengan engine excel di komputer. Untuk excel 2007 ke atas maka ekstensi file nya akan menjadi .xlsx. 

Ok that's it. Semoga berguna.



Baca Selengkapnya ....

Berpetualang di Taman Mini Indonesia Indah

Posted by Antonius Dian Sabtu, 22 Maret 2014 2 komentar

Edisi Spesial Ulang Tahun Istri.


           Sabtu kemarin tanggal 15 Maret 2014 istri saya berulang tahun ke 22. Sebenarnya kami sudah mempersiapkan untuk merayakannya dengan berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah dan membawa serta mertua saya untuk ikut bersama kami, kebetulan kami semua sama sekali belum pernah kesitu. Jadi malu neh...hehehe. Cuma rasanya kurang afdol kalau tidak ada surprise lain dari saya untuk istri. Akhirnya saya putuskan untuk membeli kalung kristal Swarovski Fruity Metro yang berwarna biru dan kue ulang tahun. Dan terjadilah surprise tersebut. Tengah malam saya membangunkan istri saya dan dia tidak mengira akan mendapat surprise seperti itu dari saya. Alhamdullilah istri saya suka sekali dengan kado dari saya. Tapi untuk detail cerita dari surprise ulang tahun istri saya akan saya critakan di postingan yang lain. Kan mau membahas Taman Mini nya..hehehe.

               Pagi hari di hari ulang tahun istri saya, saya dan istri serta mertua saya telah bersiap-siap berangkat menuju TMII. Kami memilih naik taksi untuk ke TMII karena kendaraan yang saya miliki cuma sepeda motor, itupun saya cicil 3 tahun (curcol dikit...hehhe). Karena kami sebelumnya belum pernah ke TMII maka kami sudah mempersiapkan alur perjalanan kami sendiri di TMII nanti dengan panduan peta yang ada di situs resmi TMII agar kami tidak kebingungan saat disana nanti.

            Singkat cerita saja akhirnya taksi kami sampai di jalan ke arah gerbang TMII. Karena malas berjalan ke gerbang TMII akhirnya kami meminta supir taksi untuk lanjut sampai masuk ke parkiran TMII. Di pintu gerbang kami membayar tiket masuk yang cukup murah yaitu Rp 10.000 per orang dan ternyata kami tidak perlu membayar untuk tiket masuk taksi plus supirnya. Sesampai di parkiran kami pun turun dari taksi dan ternyata tidak terlalu mahal juga ongkos taksinya, kurang lebih cuma Rp 70.000 dari Palmerah ke TMII.

           Di parkiran mobil kamipun langsung melihat peta yang terpampang disitu. Tujuan pertama kami adalah kereta gantung karena wahana ini yang paling terkenal di TMII. Kami langsung menuju kesitu karena wahana tersebut ternyata sangat dekat dengan tempat kami turun dari taksi. Tiket kereta gantung nya Rp 30.000 per orang. Selama berada di kereta gantung kami bisa melihat hampir semua fasilitas dan wahana yang ada di TMII dan yang paling menarik adalah saat berada di atas danau yang di tengahnya ada pulau-pulau buatan yang berbentuk seperti miniatur peta Indonesia. Kereta gantung ini akan berkeliling satu putaran dimana kami akan turun di tempat kami naik tadi.

Danau Arsipel dilihat dari Kereta Gantung

                Selesai dari kereta gantung kamipun menuju ke information centre TMII untuk mengambil peta gratis TMII. Setelah itu kami menuju tempat parkiran lagi untuk menyewa motor yang disewakan penduduk sekitar untuk berkeliling TMII. Tarifnya Rp 50.000 per jam. Mahal juga sih tapi ya sudahlah yang penting puas. Saya menyewa 2 motor untuk saya, istri dan mertua saya. 

               Tujuan selanjutnya adalah mencoba wahana aeromovel atau dalam bahasa TMII disebut Titihan Samirono sesuai dengan rencana kami semula. Tiketnya Rp 20.000 sekali naik. Aeromovel adalah kereta yang jalurnya diatas seperti konsep MRT yang akan diterapkan di Jakarta. Bentuknya seperti kereta peluru yang ada di Jepang. Wahana yang satu ini kalau boleh jujur cukup membosankan, saking membosankannya sampai-sampai anak saya tertidur. Seperti kereta gantung wahana ini juga satu kali putaran dan kembali di tempat kami naik tadi. 

Stasiun Aeromovel
                 Setelah turun dari aeromovel kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu di warung makan yang ada di sekitar situ karena perut saya sendiri juga terasa lapar sekali. Dan kamipun menghabiskan 200.000 lebih untuk makan disitu. Hmm harusnya kami makan di outlet CFC saja yang ada di sekitar situ juga yang tentu saja harganya pasti sama dengan outlet CFC diluar TMII. Tapi sekali lagi ya sudahlah yang penting kami semua masih bisa bersenang-senang. 

Halaman Depan Museum Iptek


                 Tidak mau membuang waktu kamipun langsung lanjut mengendarai motor sewaan kami ke Istana Anak. Tujuan kami cuma satu disitu, apalagi kalau bukan foto-foto karena desain arsitektur istana anak ini mirip seperti kastil Disney World dan pernah menjadi latar belakang video klip dari lagu "Susis" yang dibawakan oleh Sule. Tentu saja hal semacam ini tidak boleh terlewatkan. Foto-foto adalah hal yang wajib dilakukan saat kami bepergian. Tiket masuk istana anak Rp 10.000 per orang.

Istana Anak

                  Setelah puas berfoto-foto di istana anak kamipun langsung menuju ke anjungan rumah adat di sebelah Istana Anak yaitu rumah adat Toraja. Untuk anjungan rumah adat tidak dikenakan tiket sama sekali. Kita bebas keluar masuk dan berfoto-foto disitu. Di TMII memang tersedia hampir seluruh rumah adat dari berbagai suku bangsa di Indonesia karena memang konsep dasar TMII adalah berkeliling ke seluruh Indonesia dalam hitungan jam.

Anjungan Rumah Adat

                    Setelah berkeliling anjungan-anjungan yang ada kamipun kembali ke tempat sewa motor kami untuk mengembalikan motor agar tidak terlalu mahal. Tanpa terasa kami sudah 2 jam berkeliling TMII dan kami harus membayar Rp 200.000 untuk 2 motor. Lalu kami iseng-iseng bertanya kepada orang yang menyewakan motor tadi. Kalau kami naik mobil keliling yang disediakan TMII apa kami bisa berhenti dimana saja yang kami inginkan. Ternyata bisa dan kami juga bisa naik mobil keliling yang sedang lewat di area manapun. Wah kalau tau begini mending saya naik mobil keliling saja daripada harus mahal-mahal sewa motor. Tapi maklumlah namanya juga pertama kali berkunjung TMII, anggap saja harga dari sebuah pengalaman. Kamipun menyetop mobil keliling yang lewat. Tarifnya Rp 5.000 per orang sekali naik. Kami minta ke supir nya untuk diturunkan di Museum Iptek. Sekali lagi tujuannya ya untuk foto-foto dan sekaligus mencoba beberapa peragaan iptek.

Patung Plato
                     Tiket Museum Iptek Rp. 16.500. Disini tersedia alat peraga iptek yang bisa digunakan untuk simulasi percobaan iptek seperti simulasi gempa, simulasi tsunami dan sebagainya. Namun sayang alat-alat peraga nya sudah banyak yang rusak dan tidak bisa dipergunakan lagi. Untung masih ada atraksi hiburan dari robot Dinosaurus yang sempat membuat anak saya menangis ketakutan karena mengeluarkan suara raungan dinosaurus.

Mejeng di Museum Iptek

                Setelah puas berkeliling dan mencoba beberapa alat peraga di Museum Iptek kamipun keluar untuk menunggu mobil keliling yang lewat karena rencana nya kami mau menonton film 4D di Teater Imax atau Keong Mas. Tapi ternyata mobil yang kami tunggu tidak kunjung datang sampai waktu menunjukan pukul 4 sore dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja. Kami sempat kebingungan karena kalau berjalan kaki dari Museum Iptek sampai ke parkiran TMII dimana ada taksi yang biasanya mangkal cukup jauh juga. Saya coba bertanya ke petugas kebersihan yang ada disitu dan ternyata saya bisa naik ojek yang ada di dekat situ untuk memanggil taksi di parkiran dan kembali kesini. Tarif ojeknya Rp 10.000. Dan sayapun tanpa pikir panjang langsung naik ojek ke pangkalan taksi di dalam TMII untuk segera pulang ke rumah karena ternyata badan juga terasa letih karena seharian "berkeliling Indonesia".

               Ongkos taksi pulang ke rumah lebih mahal daripada berangkatnya tadi karena berkali-kali terjebak macet di jalan. Saat turun taksi saya melihat argonya mencapai Rp 110.000. Tapi mau gimana lagi yang penting bisa sampai rumah dengan selamat dan segera beristirahat.

              Cukup puas juga edisi wisata saya kali ini meskipun agak sedikit meleset dari rencana semula karena baru pertama kali ke TMII. Lain kali saya pasti mencoba wahana Snow Bay Waterpark dan Keong Mas. Sedikit saran buat anda-anda yang mau berkunjung ke TMII terutama bagi yang baru pertama kali dan tidak memiliki kendaraan sendiri adalah pertama siapkan rencana tujuan anda selama di TMII dengan melihat peta di situs resmi TMII karena wahana di TMII sangat banyak. Kedua siapkan budget dengan melihat harga tiket di situs TMII tadi tapi lebihkan budgetnya karena harga tiket bisa berbeda sedikit dari harga yang tertera di situs dan tentukan anda akan berkeliling TMII dengan menggunakan apa misal dengan menyewa motor atau dengan mobil keliling yang tentu saja akan berbeda jauh dari segi budget. Ketiga, kalau anda ingin menghemat budget lebih baik anda membeli makanan di outlet-outlet yang sudah jelas harganya seperti di outlet CFC.

               Oke sekian dulu posting saya tentang berpetualang di TMII. Semoga bermanfaat bagi para pembaca blog ini. 





Baca Selengkapnya ....

Bermain Air di Kampung Main Cipulir

Posted by Antonius Dian Minggu, 23 Februari 2014 10 komentar

Wisata Murah di Tengah Kota Jakarta.

        Hari ini terasa begitu melelahkan tapi sangat menyenangkan. Karena seharian ini saya, istri dan anak saya yang masih berumur 2 tahun 3 bulan bermain air di Kampung Main Cipulir. Bukan berenang tapi cuma bermain air karena walaupun saya berbasah-basahan di kolam renang namun saya tidak melakukan aktivitas berenang sama sekali. Tujuan saya ke Kampung Main Cipulir atau disingkat KMC memang hanya ingin menyenangkan anak saya yang suka main air. Jadi ya saya singkirkan dulu keinginan saya untuk berenang dan menemani anak saya main di kolam renang anak.

         Sekedar informasi, KMC adalah wahana rekreasi alternatif dengan tarif yang cukup terjangkau di tengah kota Jakarta yaitu tepatnya di Jalan Masjid Nurul Yaqin, Cidodol, Kebayoran Lama. Letaknya memang agak tersembunyi jadi bagi yang pertama kali akan kesana kemungkinan akan sedikit susah menemukannya karena letaknya memang di belakan Kompleks Cipulir Permai. Patokannya adalah kalau dari arah Palmerah lurus saja ke arah Rumah Sakit Medika Permata Hijau, atau kalau dari Lebak Bulus/Gandaria City lurus saja ke arah ITC Permata Hijau sampai ketemu perempatan lampu lalu lintas. Di perempatan tersebut yang dari arah Palmerah lurus saja sedangkan yang dari arah ITC belok kiri sampai ketemu pom bensin. Setelah pom bensin ada pertigaan, disitu anda belok kanan lalu ikutin saja jalannya sampai ketemu pertigaan. Ambil arah kiri setelah itu lurus saja dan tidak jauh dari situ ada penunjuk jalan kearah KMC. Ikutin saja penunjuk jalannya yang nanti akan membawa anda melewati komplek perumahan yaitu Cipulir Permai. Nah KMC ada diujung kompleks tersebut.
          Langsung saja masuk ke area parkiran KMC dimana tarif parkirnya cukup murah yaitu fix Rp 2,000.- saja berapa jam pun anda parkir. Setelah memarkir kendaraan, anda masih harus berjalan sedikit melewati gang kecil yang jalanannya menurun sampai ketemu pintu masuk KMC.

            Untuk mendapatkan tiket masuk KMC anda tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam karena harga tiket masuknya sangat murah cuma Rp 7,000.- saja. Dalam hal ini saya cukup mengeluarkan uang Rp 14,000.- untuk saya dan istri dikarenakan anak dibawah usia 3 tahun tidak perlu bayar. Langung saja saya masuk dan menuju kolam renang KMC yang diberi nama wahana keceh (= Bahasa Jawa, artinya bermain air). Disitu saya diharuskan membayar tiket masuk lagi sebesar Rp 25,000.- per orang dan anak diatas  tahun diwajibkan membayar jadi ya untuk yang ini lumayan dalam juga merogoh kocek nya meskipun masih tergolong murah untuk ukuran Jakarta yaitu 75 ribu. Sebenarnya di KMC memiliki bermacam-macam wahana jadi tidak hanya kolam renang tetapi ada ATV, Flying Fox, Perahu dan beberapa wahana outbound lainnya. KMC menyediakan tiket terusan untuk semua wahana dengan sekali main tiap wahana yaitu Rp 57,000.- per orang.

              Balik ke topik semula yaitu menemani anak bermain air. Kolam renang KMC memang tidaklah semewah dan selengkap wisata air seperti Water Boom di Dufan. Cukup sederhana sebenarnya namun juga tidak mengecewakan paling tidak memiliki seluncuran dan cukup menarik desain kolamnya. Anak saya terlihat sangat menyukai bermain air disini apalagi saya dan istri juga aktif bermain bersama dia. Setelah cukup lama bermain kamipun beristirahat sebentar di tempat duduk yang disediakan di sekitar kolam renang. Perut pun terasa lapar. Untungnya ada beberapa penjual makanan yang berkeliling membawa daftar menu makanan dan minuman. Saya dan istri memesan baso dan teh hangat dengan harga baso yang tidak terlalu mahal yaitu Rp 12,000.- per porsi. Saya harus akui bahwa rasa basonya cukup nikmat apalagi jika dibandingkan dengan yang pernah saya beli di kawasan Monas dengan harga Rp 15,000.- per porsi. Sangat jauh rasanya.



                Setelah puas makan baso kami pun beranjak untuk membilas badan dan berganti baju. Nah disinilah saya agak kecewa dengan fasilitas bilasnya karena tidak ada sekat sama sekali di ruangan bilas nya. Sekat hanya ada di ruangan untuk berganti baju. Entah mengapa pengelola KMC membedakan tempat bilas dan tempat berganti baju. Hal ini tentu saja agak menyusahkan saya untuk membilas diri karena tidak memungkinkan bagi saya untuk membuka seluruh pakaian saya karena tidak hanya saya saja yang ada disitu. Walaupun ruangan itu khusus buat laki-laki namun tetap saja akan terasa risih. Walhasil saya tidak bisa maksimal membersihkan seluruh badan saya. Wah harus mandi lagi neh di rumah pikir saya.




                     Akhirnya kamipun beranjak pulang ke rumah. Rasanya lelah sekali meskipun hanya mencoba satu wahana di KMC tapi yang penting saya bisa menyenangkan anak saya yang kelihatan puas sekali. Secara keseluruhan KMC cukup memuaskan kami dengan fasilitasnya dan harganya yang cukup terjangkau. Bulan depan mungkin kami akan datang kesini lagi tapi kami tidak hanya akan bermain air saja tapi akan mencoba seluruh wahana di KMC.


Baca Selengkapnya ....

Hati-hati Memilih Taksi

Posted by Antonius Dian Kamis, 06 Februari 2014 2 komentar

Bijak Memilih Taksi di Jakarta.


           Posting kali ini saya akan berbagi pengalaman yang kurang mengenakan saat saya menumpang sebuah taksi yang di terminal Kampung Rambutan. Tujuan saya adalah hanya untuk berbagi dan bukan untuk menyudutkan atau mempromosikan label taksi tertentu. Sebenarnya kejadian ini sudah saya alami beberapa bulan yang lalu tapi saya rasa masih relevan lah dengan keadaan di Jakarta sekarang ini.

                Saya dan istri beserta anak saya secara berkala bertandang ke rumah mertua di Bandung. Kadang 3 atau 2 bulan sekali atau jika ada keperluan khusus. Biasanya pada saat pulang dari Bandung kami lebih memilih menyewa mobil daripada harus susah payah naik bis. Alasannya simpel sih, selain gk tega liat anak kami yang masih belum genap 2 tahun kecapean dan harus berdesakan di kursi bis yang sempit, kami biasanya juga membawa banyak barang dari Bandung ke Jakarta. Kebetulan saat itu kami terpaksa naik bis, ya  maklum lah dikarenakan keadaan ekonomi lagi pas-pasan jadi uangnya gk cukup buat nyewa mobil dan sesekali saya ingin memberi sedikit tambahan penghasilan untuk awak bis (=alibi..hehehe). Kami akhirnya naik bis CBU dengan tujuan akhir Kampung Rambutan.

                Singkat kata singkat cerita akhirnya kami sampai di Kampung Rambutan dan memang sudah niatan dari awal untuk mencari taksi. Namun niat awal kami adalah mencari taksi di luar terminal karena setahu saya banyak taksi BB dan Ex mangkal disana. Mengapa BB dan Ex? Karena sejak pertama saya menginjakan kaki di Jakarta sampai sekarang ya dua taksi ini yang menjadi best recommendation dari kenalan-kenalan saya yang udah lama bekerja dan tinggal di Jakarta. Jadi begitu turun dari bis kami langsung berjalan kearah luar terminal Kampung Rambutan sambil saya menenteng 2 tas besar dan istri menggendong anak kami. Tapi kami baru menyadari bahwa dari tempat kami turun sampai keluar terminal ternyata jauh juga dan sangat melelahkan apalagi dengan bawaan dan anak kami. Akhirnya istri mendesak saya untuk naik taksi yang ada di dalam Kampung Rambutan saja. Saya masih ingat nama taksi itu In*** Fam*** atau sebut saja IF. Supir taksi pun mendatangi kami dan menawarkan taksi. Saat itu saya sudah mulai curiga karena supir taksi nya tidak berseragam dan dia mengambil kunci taksinya dulu ke rekan supir lain disitu. Wah jangan-jangan ini supir tembakan neh. Saya mencoba berpikir positif dan tetap melanjutkan untuk naik taksi IF tersebut. Ah mungkin aja gk semua perusahaan taksi mengharuskan supirnya berseragam, lagian kasihan istri dan anak saya sudah kepanasan dan kelelahan.

                Saat didalam taksi saya agak sedikit tenang karena supir taksinya menyalakan argo dan itu berarti taksi ini bukan taksi borongan. Taksi kamipun lanjut berjalan keluar terminal Kampung Rambutan sampai memasuki tol. Nah disini lah dimulai si supir mulai melaksanakan modusnya. Tiba-tiba mobil bergoyang ke kanan lalu ke kiri seakan-akan lepas kendali. Tapi saya sangat tahu itu akal-akalan saja karena kebetulan saya sedang memperhatikan cara dia membawa taksi jadi saya tahu mobil sengaja dibelokin oleh si supir. Setelah itu si supir mengatakan kepada kami kalau rem nya blong. Pasti ada yang menyabotase neh kata dia yang sepertinya yakin saya percaya kata-katanya. Istri saya sempat panik karena memang dia belum tahu yang sebenarnya. Selanjutnya si supir bilang bahwa dia harus keluar tol dan berhenti di pinggir jalan daripada terjadi kecelakaan. Dia juga bilang mau menelepon temannya sesama supir taksi agar saya bisa pindah ke taksi temannya. Saya mengiyakan saja tapi begitu dia sudah berhenti nanti saya bakal langsung mencari taksi lain. Kalau saya menuruti kemauan dia dengan pindah ke taksi temannya ya sama saja keluar dari mulut harimau masuk mulut buaya kan. Akhirnya si supir membawa taksi nya keluar tol. Kebetulan jalan keluar tolnya agak menurun dan saya merasakan bahwa dia bisa mengurangi kecepatan beberapa kali memakai rem jadi sangat mustahil kalau rem nya blong. Mungkin dia pikir saya ini orang desa yang belum pernah merasakan naik mobil jadi bisa diakalin kaya gitu. Seperti nya dia tertipu oleh wajah lugu saya..hehehe.

          Sesampainya di pinggir tol di daerah Cawang si supir langsung keluar dan mencoba menelepon temannya. Saat itu juga saya ikutan keluar dan menyela bahwa saya mau naik taksi yang lain saja. Langsung saja saya stop taksi lain yang berwarna kuning yang kebetulan melintas yaitu Txk. Taksi yang satu ini memang bukan best recommendation dari kenalan-kenalan saya namun perusahaan taksi ini terkenal juga di Jakarta dan saya pernah naik sekali dulu jadi saya percaya. Saya pindahkan semua barang-barang saya kesitu dan pada saat saya mau membayar taksi IF tadi ternyata angka di argonya sudah melebihi 50.000. Di Jakarta uang segitu memang tidak seberapa tapi kalau tarif taksi dari Kampung Rambutan ke Cawang melalui tol dengan nominal segitu ya sangat tidak wajar. Padahal itu belum setengah perjalanan dari Kampung Rambutan ke rumah saya di daerah Kemanggisan Pulo, Palmerah. Seandainya saja saya tadi benar-benar pindah ke taksi temannya si supir tadi mungkin udh habis 150.000 sampai di Palmerah. Sebagai perbandingan saja, tarif taksi dari Palmerah ke Depok saja hanya berkisar antara 120.000 sampai 130.000 kalau tol dalam keadaan lancar.

               Akhirnya saya bayar saja supir taksi karbitan tadi dan segera naik ke taksi yang baru. Rasanya kesal dan marah bercampur di hati saya namun saya bisa apa. Yang penting saya cepat sampai ke rumah dan segera beristirahat. Di dalam taksi Txk saya bercerita ke pak supir apa yang baru saya alamin tadi. Dan saya mendapat info dari pak supir bahwa saya sudah tertipu oleh seorang supir tembakan yang memang modus nya seperti itu. Yaitu setelah taksinya berjalan beberapa saat tiba-tiba saja berakting mobil taksinya mengalami masalah entah itu ban nya atau mesinnya. Dan ternyata itu cara si supir untuk menurunkan penumpangnya dan mengopernya ke temannya. Dugaan saya sih modus itu dilakukan ya untuk melancarkan aksi main argonya. Kalau dioper-oper kan gk terlihat besar nominal argo nya di 1 taksi sehingga penumpang sedikit terkecoh dengan aksi mainin argo nya.

                 Saya pun sampai dengan selamat di rumah dan pada saat saya melihat argo taksi Txk tadi saya sangat lega krn saya melihat harga yang wajar yaitu 55.000. Ya sangat wajar karena seharusnya dari Kampung Rambutan ke Palmerah memang biasanya sekitar 70.000 sampai 75.000. Jadi tarif taksi dari Kampung Rambutan ke Cawang tadi yang seharusnya saya cuma membayar 20.000 sampai 25.000 malah saya harus membayar 50.000 karena si supir tembakan.

                    Dari pengalaman ini saya telah belajar untuk bijak memilih taksi dan alhamdullilah sampai sekarang saya gk pernah tertipu lagi. Kesimpulannya saat memilih taksi lihatlah terlebih dahulu nama perusahaan taksinya. Apakah terpercaya atau tidak. Untuk hal ini anda bisa meminta rekomendasi dari relasi anda yang terbiasa naik taksi. Kalau memang terpaksa naik taksi yang anda belum kenal pada saat membuka pintu lihat di bagian dashboard depan ada nomor bodi taksi atau tidak atau minimal kartu tanda pengemudi yang berisikan informasi pengemudi harus ada di bagian dashboard mobil. Kalau tidak ada lebih baik anda batal naik demi keamanan anda sendiri. Pengemudi juga harus berseragam yang menandakan bahwa itu adalah pengemudi resmi dari perusahaan taksi tersebut.

                          Demikian sharing pengalaman dari saya soal taksi di Jakarta. Cara memilih taksi diatas adalah berdasar pengalaman saya saja. Mungkin bisa di cari di mbah Google cara-cara lain untuk memilih taksi di Jakarta. Yupp lebih baik cari aman kan daripada mengambil resiko...



           


Baca Selengkapnya ....
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Berbagi Informasi dan Kehidupan.