Hati-hati Memilih Taksi

Posted by Antonius Dian Kamis, 06 Februari 2014 2 komentar

Bijak Memilih Taksi di Jakarta.


           Posting kali ini saya akan berbagi pengalaman yang kurang mengenakan saat saya menumpang sebuah taksi yang di terminal Kampung Rambutan. Tujuan saya adalah hanya untuk berbagi dan bukan untuk menyudutkan atau mempromosikan label taksi tertentu. Sebenarnya kejadian ini sudah saya alami beberapa bulan yang lalu tapi saya rasa masih relevan lah dengan keadaan di Jakarta sekarang ini.

                Saya dan istri beserta anak saya secara berkala bertandang ke rumah mertua di Bandung. Kadang 3 atau 2 bulan sekali atau jika ada keperluan khusus. Biasanya pada saat pulang dari Bandung kami lebih memilih menyewa mobil daripada harus susah payah naik bis. Alasannya simpel sih, selain gk tega liat anak kami yang masih belum genap 2 tahun kecapean dan harus berdesakan di kursi bis yang sempit, kami biasanya juga membawa banyak barang dari Bandung ke Jakarta. Kebetulan saat itu kami terpaksa naik bis, ya  maklum lah dikarenakan keadaan ekonomi lagi pas-pasan jadi uangnya gk cukup buat nyewa mobil dan sesekali saya ingin memberi sedikit tambahan penghasilan untuk awak bis (=alibi..hehehe). Kami akhirnya naik bis CBU dengan tujuan akhir Kampung Rambutan.

                Singkat kata singkat cerita akhirnya kami sampai di Kampung Rambutan dan memang sudah niatan dari awal untuk mencari taksi. Namun niat awal kami adalah mencari taksi di luar terminal karena setahu saya banyak taksi BB dan Ex mangkal disana. Mengapa BB dan Ex? Karena sejak pertama saya menginjakan kaki di Jakarta sampai sekarang ya dua taksi ini yang menjadi best recommendation dari kenalan-kenalan saya yang udah lama bekerja dan tinggal di Jakarta. Jadi begitu turun dari bis kami langsung berjalan kearah luar terminal Kampung Rambutan sambil saya menenteng 2 tas besar dan istri menggendong anak kami. Tapi kami baru menyadari bahwa dari tempat kami turun sampai keluar terminal ternyata jauh juga dan sangat melelahkan apalagi dengan bawaan dan anak kami. Akhirnya istri mendesak saya untuk naik taksi yang ada di dalam Kampung Rambutan saja. Saya masih ingat nama taksi itu In*** Fam*** atau sebut saja IF. Supir taksi pun mendatangi kami dan menawarkan taksi. Saat itu saya sudah mulai curiga karena supir taksi nya tidak berseragam dan dia mengambil kunci taksinya dulu ke rekan supir lain disitu. Wah jangan-jangan ini supir tembakan neh. Saya mencoba berpikir positif dan tetap melanjutkan untuk naik taksi IF tersebut. Ah mungkin aja gk semua perusahaan taksi mengharuskan supirnya berseragam, lagian kasihan istri dan anak saya sudah kepanasan dan kelelahan.

                Saat didalam taksi saya agak sedikit tenang karena supir taksinya menyalakan argo dan itu berarti taksi ini bukan taksi borongan. Taksi kamipun lanjut berjalan keluar terminal Kampung Rambutan sampai memasuki tol. Nah disini lah dimulai si supir mulai melaksanakan modusnya. Tiba-tiba mobil bergoyang ke kanan lalu ke kiri seakan-akan lepas kendali. Tapi saya sangat tahu itu akal-akalan saja karena kebetulan saya sedang memperhatikan cara dia membawa taksi jadi saya tahu mobil sengaja dibelokin oleh si supir. Setelah itu si supir mengatakan kepada kami kalau rem nya blong. Pasti ada yang menyabotase neh kata dia yang sepertinya yakin saya percaya kata-katanya. Istri saya sempat panik karena memang dia belum tahu yang sebenarnya. Selanjutnya si supir bilang bahwa dia harus keluar tol dan berhenti di pinggir jalan daripada terjadi kecelakaan. Dia juga bilang mau menelepon temannya sesama supir taksi agar saya bisa pindah ke taksi temannya. Saya mengiyakan saja tapi begitu dia sudah berhenti nanti saya bakal langsung mencari taksi lain. Kalau saya menuruti kemauan dia dengan pindah ke taksi temannya ya sama saja keluar dari mulut harimau masuk mulut buaya kan. Akhirnya si supir membawa taksi nya keluar tol. Kebetulan jalan keluar tolnya agak menurun dan saya merasakan bahwa dia bisa mengurangi kecepatan beberapa kali memakai rem jadi sangat mustahil kalau rem nya blong. Mungkin dia pikir saya ini orang desa yang belum pernah merasakan naik mobil jadi bisa diakalin kaya gitu. Seperti nya dia tertipu oleh wajah lugu saya..hehehe.

          Sesampainya di pinggir tol di daerah Cawang si supir langsung keluar dan mencoba menelepon temannya. Saat itu juga saya ikutan keluar dan menyela bahwa saya mau naik taksi yang lain saja. Langsung saja saya stop taksi lain yang berwarna kuning yang kebetulan melintas yaitu Txk. Taksi yang satu ini memang bukan best recommendation dari kenalan-kenalan saya namun perusahaan taksi ini terkenal juga di Jakarta dan saya pernah naik sekali dulu jadi saya percaya. Saya pindahkan semua barang-barang saya kesitu dan pada saat saya mau membayar taksi IF tadi ternyata angka di argonya sudah melebihi 50.000. Di Jakarta uang segitu memang tidak seberapa tapi kalau tarif taksi dari Kampung Rambutan ke Cawang melalui tol dengan nominal segitu ya sangat tidak wajar. Padahal itu belum setengah perjalanan dari Kampung Rambutan ke rumah saya di daerah Kemanggisan Pulo, Palmerah. Seandainya saja saya tadi benar-benar pindah ke taksi temannya si supir tadi mungkin udh habis 150.000 sampai di Palmerah. Sebagai perbandingan saja, tarif taksi dari Palmerah ke Depok saja hanya berkisar antara 120.000 sampai 130.000 kalau tol dalam keadaan lancar.

               Akhirnya saya bayar saja supir taksi karbitan tadi dan segera naik ke taksi yang baru. Rasanya kesal dan marah bercampur di hati saya namun saya bisa apa. Yang penting saya cepat sampai ke rumah dan segera beristirahat. Di dalam taksi Txk saya bercerita ke pak supir apa yang baru saya alamin tadi. Dan saya mendapat info dari pak supir bahwa saya sudah tertipu oleh seorang supir tembakan yang memang modus nya seperti itu. Yaitu setelah taksinya berjalan beberapa saat tiba-tiba saja berakting mobil taksinya mengalami masalah entah itu ban nya atau mesinnya. Dan ternyata itu cara si supir untuk menurunkan penumpangnya dan mengopernya ke temannya. Dugaan saya sih modus itu dilakukan ya untuk melancarkan aksi main argonya. Kalau dioper-oper kan gk terlihat besar nominal argo nya di 1 taksi sehingga penumpang sedikit terkecoh dengan aksi mainin argo nya.

                 Saya pun sampai dengan selamat di rumah dan pada saat saya melihat argo taksi Txk tadi saya sangat lega krn saya melihat harga yang wajar yaitu 55.000. Ya sangat wajar karena seharusnya dari Kampung Rambutan ke Palmerah memang biasanya sekitar 70.000 sampai 75.000. Jadi tarif taksi dari Kampung Rambutan ke Cawang tadi yang seharusnya saya cuma membayar 20.000 sampai 25.000 malah saya harus membayar 50.000 karena si supir tembakan.

                    Dari pengalaman ini saya telah belajar untuk bijak memilih taksi dan alhamdullilah sampai sekarang saya gk pernah tertipu lagi. Kesimpulannya saat memilih taksi lihatlah terlebih dahulu nama perusahaan taksinya. Apakah terpercaya atau tidak. Untuk hal ini anda bisa meminta rekomendasi dari relasi anda yang terbiasa naik taksi. Kalau memang terpaksa naik taksi yang anda belum kenal pada saat membuka pintu lihat di bagian dashboard depan ada nomor bodi taksi atau tidak atau minimal kartu tanda pengemudi yang berisikan informasi pengemudi harus ada di bagian dashboard mobil. Kalau tidak ada lebih baik anda batal naik demi keamanan anda sendiri. Pengemudi juga harus berseragam yang menandakan bahwa itu adalah pengemudi resmi dari perusahaan taksi tersebut.

                          Demikian sharing pengalaman dari saya soal taksi di Jakarta. Cara memilih taksi diatas adalah berdasar pengalaman saya saja. Mungkin bisa di cari di mbah Google cara-cara lain untuk memilih taksi di Jakarta. Yupp lebih baik cari aman kan daripada mengambil resiko...



           

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Hati-hati Memilih Taksi
Ditulis oleh Antonius Dian
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://kehidupanton.blogspot.com/2014/02/hati-hati-memilih-taksi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Pengalaman yang sangat bermanfaat Mas, apalagi di Jakarta ini banyak sekali taksi yang beroperasi. Dan sudah menajdi penyakit sosial yang dapat menyebabkan penilaian orang lain yang segan untuk datang ke Jakarta dengan menggunakan jasa pelayanan transportasi seperti itu ya ?

Salam

Antonius Dian mengatakan...

yup bang indra.. spt kata pepatah nila setitik rusak susu sebelanga..hehhe.. makanya saya tulis juga sedikit tips cara memilih taksi krn memang msh banyak bgt supir taksi yang jujur di jakarta..

Posting Komentar

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Berbagi Informasi dan Kehidupan.